Senin, 24 Mei 2010
Jumat, 07 Mei 2010
Laporan Hasil Kerja Proyek; tugas kelompok
Kamis, 15 April 2010
Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia dan Mancanegara; Tugas Kelompok 3
Dalam tahap perkembangan, anak umur 0-6 tahun merupakan usia emas dimana pada masa ini proses perkembangan anak harus mendapatkan perhatian yang maksimal. Pada usia emas ini, jika anak mendapat perhatian yang maksimal, akan mampu mewujudkan kesejahteraan di masa yang akan datang. Pada usia ini anak juga akan menjadi optimal dalam menyerap ilmu pengetahuan pada jenjang pendidikan berikutnya. Oleh karena itu, Pendidikan Anak Usia Dini bagaikan pondasi yang kuat dan kokoh bagi perkembangan anak. Lalu, bagaimana perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini ini sendiri baik di Indonesia maupun di mancanegara?
Pada kenyataannya, pendidikan anak usia dini yang ada di Indonesia selama ini lebih banyak dilaksanakan oleh masyarakat. Banyaknya Taman Kanak-Kanak dan Kelompok Bermain yang diselenggarakan oleh masyarakat menunjukkan besarnya minat masyarakat pada pendidikan anak usia dini ini. Pemerintah tidak akan mengambil alih peran masyarakat yang sudah ada. Sebaliknya, pemerintah akan memfasilitasi, mendorong, dan melengkapi berbagai kegiatan yang sudah ada, agar jangkauan layanan dan mutu pendidikan yang mereka selenggarakan terus meningkat. Upaya yang perlu, telah dan tengah dilakukan adalah antara lain mengintegrasikan penanganan pendidikan anak usia dini dengan program-program layanan anak usia dini yang telah ada di lapangan.
Di indonesia, Orang tua akan merasa bangga jika anak-anaknya yang masih berada di Kelompok Bermain atau TK sudah mampu membaca dan menulis. Tidak jarang
kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki oleh anak TK atau bahkan
anak-anak dalam Kelompok Bermain dijadikan ukuran kualitas sebuah Kelompok Bermain atau TK. Dan pada akhirnya ukuran kepandaian menulis dan membaca ini akan mempengaruhi popularitas Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak.
Untuk mengoptimalkan fungsi PAUD untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi aspek perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional. Maka guru PAUD seharusnya mempunyai dua kompetensi yang saling terintegrasi, yaitu kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Karena merekalah yang menjadi pengganti orang tua si anak dan juga sebagai pendamping dan menjalin komunikasi yang positif dengan orangtua/pengasuh si anak.
Disamping itu, bagaimanapun masih ada juga orang tua yang masih memandang sebelah mata terhadap pendidikan anak usia dini. Mereka belum mengerti sepenuhnya betapa pentingnya pendidikan di usia dini. Padahal telah dijelaskan diatas, bahwa pendidikan di usia dini itu sangatlah penting, karena di usia tersebutlah masa-masa emas anak dimulai. Oleh karena itu, sosialisasi mengenai pendidikan di usia dini melalui berbagai kegiatan baik langsung maupun media massa menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Disamping itu, pada 2009 Depdiknas menetapkan pelayanan PAUD bisa mencapai 53,9% dan pada 2012 bisa mencapai 75% pelayanan pendidikan terhadap anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini memerlukan inovasi bukan hanya meningkatkan pendanaan saja. Walaupun alokasi dana itu perlu, tetapi harus diprioritaskan kepada lembaga yang lebih membutuhkan. Ilmu pengetahuan yang berkembang juga turut andil dalam meningkatkan dan memaksimalkan perkembangan anak, misalkan dalam hal perkembangan otak. Berbagai hal yang dapat merusak sistem dan kinerja pikiran seperti stress dan lain sebagainya dapat dicegah dengan perkembangan teknologi.
Interaksi antara peran gen dan pengalaman awal membangun landasan untuk bisa meneruskan ke perkembangan selanjutnya. Selain itu keluarga dan masyarakat memainkan peran penting dalam memberikan hubungan yang mendukung dan pengalaman positif apa yang semua anak-anak butuhkan, namun kebijakan publik yang mempromosikan lingkungan yang sehat bagi anak-anak juga memiliki memiliki efek positif yang signifikan.
Dalam konteks kebijakan yang berkembang saat ini pada anak usia dini, mobilisasi pengetahuan ilmiah menawarkan kesempatan untuk menutup kesenjangan dan menciptakan masa depan di tiga wilayah penting.
Pertama, negara akan mendapatkan keuntungan dari pandangan yang lebih cerah dari pengeluaran publik untuk perawatan awal berkualitas tinggi dan program pendidikan dalam lima tahun pertama kehidupan sebagai investasi dalam membangun fondasi yang kuat untuk prestasi akademik, produktivitas ekonomi, dan kewarganegaraan yang bertanggung jawab, dan bukan sebagai subsidi memberatkan bagi tempat-tempat untuk mengawasi anak-anak orangtua bekerja di dengan biaya serendah mungkin.
Kedua, intervensi khusus sedini mungkin, pada atau sebelum kelahiran, harus difokuskan pada peningkatan hasil hidup bagi anak-anak yang belajar kapasitas dan kesehatan dikompromikan oleh kesulitan yang signifikan di atas dan di luar beban kemiskinan saja.
Ketiga, manfaat sosial dan ekonomi yang signifikan bagi masyarakat dapat direalisasikan dari ketersediaan yang lebih besar dari pencegahan yang efektif dan layanan pengobatan untuk anak-anak dengan masalah emosional atau perilaku, bersama dengan bantuan peningkatan bagi orangtua dan nonrelated caregiver yang mempunyai kesulitan tersendiri dengan depresi mempengaruhi hubungan lingkungan anak.
Meningkatkan prestasi literasi bagi anak-anak usia dini adalah prioritas pendidikan di Amerika Serikat. Berbagai macam kebijakan pendidikan seperti No Child Left Behind Act dan Reading First Act telah melakukan persiapan khusus untuk persiapan akademis bagi anak-anak yang berlatar belakang kurang beruntung. Proyek ini dievaluasi oleh Stony Brook Emergent Literacy Project, sebuah pendekatan yang menggabungkan pelatihan guru, kelas berbasis kegiatan, dan kinerja guru dievaluasi dengan menggunakan rubrik untuk menargetkan keterampilan literasi muncul pada anak-anak prasekolah. Anak-anak dinilai kemampuan literasi oleh evaluator independen di awal dan akhir tahun sekolah. Ruang kelas yang mengimplementasikan literacy project menunjukkan keuntungan dalam keterampilan literasi yang muncul pada anak-anak selama program tahun akademik. Hasilnya menunjukkan pengaruh penerapan Literacy Project pada pertumbuhan anak-anak dalam keterampilan literasi dan menekankan kegunaannya, termasuk instruksi literasi eksplisit yang muncul tiba-tiba pada anak usia dini.
Jadi, sistem pendidikan di Amerika mengutamakan pendidikan bagi anak-anak usia dini terutama bagi mereka yang berlatar belakang ekonomi rendah. Mereka juga membuat semacam proyek atau program yang mengkhususkan pendidikan bagi anak-anak usia dini.
Referensi:
http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=BeritaUtama&topik=5&id=805
http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=Popular&topik=6&id=64
http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=BeritaUtama&topik=5&id=1024
http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=BeritaUtama&topik=5&id=1348
http://ditnaga.dikti.go.id/ditnaga/files/NA-PAUD-REV.pdf
http://web.ebscohost.com/ehost/detail?vid=1&hid=14&sid=00346a23-b9c7-4cc5-ac6e252a9a4bb00a%40sessionmgr4&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ%3d%3d#db=a3h&AN=44679048
http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&db=a3h&AN=46800169&site=ehost-live
Kelompok G:
Rabu, 10 Maret 2010
Something that make me smile....;tugas 3
Karena, setiap melihat gambar ini, saya senyum-senyum sendiri..
Ternyata saya punya segelintir mimpi yang lucu-lucu...
Tapi, yang membuat saya lebih senyum-senyum sendiri... Karena ada foto saya...
terkesan narsis sih...
tapi terkadang narsis itu perlu, asal jangan berlebihan...
hahahahha
Oia, untuk melihat gambar lebih jelas, klik aj di gambarnya...
insyaAllah gambarnya diperbesar...
Maaf ya.. kalo agak susah komennya... T_T
Hope You Like It... ^^
Terima Kasih...
Kamis, 04 Maret 2010
Hasil Diskusi online kelompok; kuliah online 2
1. Hubungan Psikologi Pendidikan Dengan Media Pembelajaran
Mengapa Guru Perlu Mengetahui dan Menggunakan Media Dalam Pembelajaran? Dan Berikan Contoh!
Untuk memenuhi peran guru yang sebenarnya dalam pembelajaran, yaitu sebagai perencana pengajaran, penyampai informasi, dan penilai, maka guru perlu mengetahui dan menggunakan media pembelajaran dalam setiap proses pembelajaran. Media dalam pembelajaran seperti AVA (Audio Visual Aids) mutlak diperlukan dalam pendidikan dikarenakan penggunaan AVA dapat memperluas saluran serta memperpendek jarak antara siswa dan guru sehingga materi yang disampaikan akan lebih tersampaikan secara efektif. Lain halnya jika guru hanya berbicara panjang lebar kepada siswa tanpa adanya media, tentu akan terasa membosankan dan kurang efektif.
Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of experience). Kerucut pengalaman ini dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
Sebagai contoh, misalnya dalam mata pelajaran IPS guru dapat menggunakan fasilitas yang disediakan oleh Google, yaitu Google Earth untuk menggantikan peta biasa yang kurang merepresentasikan bumi seutuhnya. Sedangkan dengan menggunakan Google Earth, siswa dapat melihat dengan jelas struktur dan bentuk bumi secara nyata.
Daftar Pustaka:
ψ http://wyw1d.wordpress.com/2010/01/16/google-earth-sebagai-media-pembelajaran/
ψ http://goeroendeso.wordpress.com/2009/02/07/peranan-media-pembelajaran/
ψ http://edu-articles.com/mengenal-media-pembelajaran/
ψ Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
2. Hubungan Psikologi Pendidikan dengan Teknologi Pembelajaran
Dimanakah Posisi Media Teknologi di Dalam Proses Pembelajaran?
Untuk menjawab ini, kita pahami dulu definisi sederhana dari media. Media berasal dari bahasa latin, asal kata jamaknya adalah medium. Medium arti sederhananya adalah ANTARA. Kembali ke istilah belajar. Belajar terjadi ketika ada interaksi dengan sumber belajar (mengalami). Untuk berinteraksi dengan sumber belajar, tentunya perlu “mak comblang” alias “makelar” alias “perantara”. Disitulah peran penting diperlukannya apa yang dinamakan MEDIA. Tentu saja, dalam hal ini adalah media pembelajaran. Dengan demikian, karena dalam proses pembelajaran terjadi proses komunikasi atau interaksi antara orang yang belajar dengan aneka sumber belajar, maka agar komunikasi atau interaksi tersebut terjadi secara optimal dibutuhkan media pembelajaran yang relevan tentunya.
Teknologi pendidikan memegang peran yang penting, terutama setelah berkembangnya TIK, dimana komputer menjadi bagian integral didalamnya. Teknologi pendidikan merupakan pengembangan, penerapan, dan penilaian sistem-sistem, teknik-teknik dan alat-alat baru untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Dengan mengkombinasikan soft-technology (seperti strategi, metode pembelajaran) yang tepat dengan hard-technology yang ada, maka seorang pengajar dapat menyulap proses pembelajaran menjadi suatu pembelajaran yang menarik dan efektif (tujuan tercapai). Dalam hal ini, bukan teknologi yang membuat suatu pembelajaran berhasil, tapi ketepatan menerapkan teknologi itulah yang menyebabkan suatu pembelajaran berhasil dengan baik.
Mudah-mudahan, penjelasan diatas sudah memperjelas hubungan antara belajar, pembelajaran, sumber belajar dan media pembelajaran. sedangkan format media atau bentuk fisik dimana suatu media dituangkan atau dijasikan menurut Smaldino dkk (2008) diklasifikasikan kedalam beberapa bentuk yaitu text, visual, audi, motion (gerak), manipulative (objek) dan orang. Berikut adalah gambaran kontinum antara media dengan pengalaman belajar yang diakibatkan oleh media tersebut.
Daftar pustaka:
ψ http://teknik-informatika.com/teknologi-informasi-bidang-pendidikan/
ψ http://www.pendidikan.net/mod.php?mod=informasi&op=viewinfo&intypeid=6&infoid=9
ψ http://fakultasluarkampus.net/2010/02/belajar-sumber-belajar-dan-media/
ψ http://fakultasluarkampus.net/2010/02/guru-teknologi-dan-penerapannya-di-kelas/
ψ http://fakultasluarkampus.net/2009/11/posisi-dan-peran-teknolog-pembelajaran/
ψ Munir. 2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
3. Ragam Metode Pembelajaran
Bagaimana menurut kelompok kalian, metode pembelajaran yang paling baik dan efektif bagi peserta didik?
Untuk membelajarkan peserta didik sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Ada beberapa pendekatan pembelajaran, yaitu :
1. Pendekatan Behavioral, yaitu pandangan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diobservasi.
2. Pendekatan kognitif yang memiliki 4 pendekatan kognitif utama, yaitu:
Kognitis sosial, pemrosesan informasi kognitif, konstruktivis kognitif, dan konstruktifis sosial.
Dengan menambahkan 4 pendekatan kognitif ini pada pendekatan behavioral, semuanya menunjuang pemahaman kita tentang bagaimana anak belajar. Berikut ini disajikan beberapa model pembelajaran, untuk dipilih dan dijadikan alternatif sehingga cocok untuk situasi dan kondisi yang dihadapi, diantaranya:
1. Koperatif (CL, Cooperative Learning)
2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
6. Problem Solving
7. Problem Posing
8. Problem Terbuka (OE, Open Ended)
9. Probing-prompting
10. Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Berbicara strategi pembelajaran, pada dasarnya bicara tentang bagaimana memilih, menentukan metode dan media serta meramukeduanya dalam suatu kondisi tertentu menjadi suatu strategi pembelajaran yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Jadi, preskripsi alias resepnya adalah begini:
o Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (jika mengacu kepada domain menurut Bloom: kognitif, psikomotorik, afektif atau kombinasi semuanya);
o Dengan kondisi tertentu (baik karakteristik siswa tertentu, maupun kondisi lingkungan, sekolah, sosial, budaya dan lain-lain);
o Kombinasi metode dan media apa saja yang paling tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut secara efektif, efisien dan menyenangkan tentunya.
Resep tersebut diatas sebenarnya diadaptasi dari resep yang dikemukakan oleh Reigeluth. Dan ekarang, harus ada pemaksimalan yang diadaptasi baik dari pengajar, maupun peserta didiknya. Harus ada korelasi yang positif dari berbagai aspek yang ada hubungannya dengan pembelajaran. Perlu diingat, bahwa dewasa ini, sudah bukan zamannya lagi proses pembelajaran yang biasanya siswa hanya datang, duduk, diam, pulang. Harus ada interaksi yang lebih aktif antara kedua belah pihak. Karena itulah metode pembelajaran dipergunakan, sehingga tercipta simbiosis mutualisme.
Daftar pustaka:
ψ http://fakultasluarkampus.net/2010/02/strategi-pembelajaran-integrasi-metode-dan-media/
ψ http://model-pembelajaran.blogspot.com/2008/08/ragam-model-pembelajaran.html
ψ http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2009/03/macam-macam-strategi-belajar.html
ψ http://resni.student.fkip.uns.ac.id/2009/11/21/macam-metode-dan-model-pembelajaran/
ψ Santrock, J.W. 2008. Psikologi Pendidikan, edisi kedua.
Rafita Attia (09-014) :
Kuliah hari ini cukup melelahkan, karena bahan yang terlalu banyak dan kurangnya fasilitas. Namun, meskipun demikian, kami tetap berusaha mempersiapkan suatu hal yang terbaik, termasuk dalam tugas. Dan semoga, permulaan ini adalah awal untuk kesuksesan baru. Terima kasih….
Imam Damara (09-032) :
Cukup melelahkan dalam mengerjakannya, karena kami harus mencari bahan-bahan yang cukup akurat/baik sebelum diposting. Dalam mengerjakannya banyak hambatan yang kami lalui, diantaranya:
- Modem yang bermasalah
- Berbagi-bagi dalam stop kontak
- Komunikasi yang kurang efektif
Bobby kurniawan (09-034) :
Kuliah kali ini benar-benar menarik. Mengusung konsep yang berbeda dari biasanya. Memang seharusnya kuliah model seperti inilah yang diterapkan pada mata kuliah lain. Namun, hanya saja masih ada kekurangan, diantaranya bandwidth yang terbatas, sehingga kami harus menggunakan modem sendiri, sumber listrik yang sedikit membuat kami harus bergantian menggunakannya
Utami Nurhafsari (09-050) :
Sebenarnya kuliah ini menarik, bahkan sangat menarik. Karena ada hal baru yang bisa saya ambil dari kuliah kali ini. Termasuk pembagian tugas kelompok, dan komunikasi yang baik antar kelompok, sehingga mampu menciptakan kolaborasi yang baik dalam pengerjaan tugas. Namun tetap ada kendala, seperti keterbatasan network dan media pembelajarannya (dalam hal ini, penggunaan laptop agak sulit). Secara keseluruhan, menyenangkan… meraih dan mencoba hal baru, dan semoga dapat berjalan lebih baik di kemudian hari.
Rahmi Zuraida (09-066) :
Ini merupakan pertama kalinya saya melakukan kuliah online seperti ini. Tidak perlu mendengar ceramah yang cenderung membuat kita malas untuk mendengarkannya.
Secara keseluruhan menyenangkan, walaupun terkadang ada kendala, seperti tidak semua orang punya laptop pribadi, jaringan internet yang susah dan juga kesulitan dalam menyatukan berbagai pikiran. Setidaknya, untuk permulaan ini merupakan hal yang sangat baik. Tetap lanjutkan ini, semoga bisa berjalan dengan lembut (smooth).
Jumat, 26 Februari 2010
Rabu, 24 Februari 2010
“The Art of Educational Technology; tugas 2”
Fenomena perkembangan zaman disetiap sektor kehidupan sudah tidak dapat terbendung lagi. Terlebih lagi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang semakin meluas dengan berbagai inovasi-inovasi baru yang digambarkan secara gamblang di segi-segi kehidupan. Suatu gambaran jelas yang takkan mampu lagi untuk dibendung dan disangkal lagi bahwa teknologi sudah merasuki nadi-nadi kehidupan, bahkan menjadi pokok primer didalam sumber kehidupan.
§ Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Teknologi informasi itu sendiri adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama komputer untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar. Internet adalah inti dari komunikasi melalui komputer. Sistem internet berisi ribuan jaringan komputer yang terhubung diseluruh dunia, menyediakan informasi yang tak terhingga yang dapat diakses siapa saja, termasuk peserta didik.
- Teknologi dan Pendidikan
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dibarengi dengan berbagai perkembangan lain, salah satunya adalah perkembangan di dunia pendidikan. Ketika dunia harus menuntut penggunaan teknologi sebagai sistem kehidupan, maka suatu sistem pendidikan juga harus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang memang sudah memasuki era teknologi, dimana semua sektor dapat dijangkau olehnya.
Pembicaraan tidak hanya terhenti dikata “berkembang” dan “penyesuaian”, namun dapat diartikan lebih luas dengan “berseni”. Dunia pendidikan juga mampu menciptakan suatu karya seni. Kesenian yang mampu mengobrak-abrik galeri ilmu serta informasi yang ada didalam jaringan internet, untuk dituangkan kedalam hasil suatu pembelajaran. Kesenian yang positif yang mampu mengembangkan anak didik ke arah yang lebih positif tanpa mengurangi nilai dari pendidikan itu sendiri.
Paradigma sistem pendidikan yang semula berbasis tradisional dengan mengandalkan tatap muka, beralih menjadi sistem pendidikan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dengan sentuhan teknologi informasi khususnya dunia cyber (maya).
Sistem pendidikan yang berbasis dunia cyber yang dimaksudkan disebut dengan istilah e-learning, yaitu suatu kesenian baru yang berwujud sistem pembelajaran di dunia pendidikan. E-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. E-learning merupakan suatu proses pembelajaran yang dilakukan melalui network (jaringan).
Ini berarti, dengan e-learning memungkinkan tersampaikannya bahan ajar kepada peserta didik menggunakan media teknologi informasi dan komunikasi berupa komputer dan jaringan internet atau intranet. Dengan e-learning, berarti bisa dilakukan kapan saja, dimana saja, melalui jalur mana saja, dan dengan kecepatan akses apapun. Proses pembelajaran berlangsung efisien dan efektif.
Ubiquitous computing merupakan suatu gambaran masa depan yang merujuk kepada personal, dimana para peserta didik sudah selayaknya menerima kenyataan bahwasannya di zaman ini kita memasuki era komputer pribadi dimana satu orang memiliki satu komputer. Ubiquitous adalah kebalikan dari realitas virtual, yang menempatkan orang di dalam dunia yang diciptakan komputer. Ubiquitous computing akan memaksa komputer untuk eksis didunia manusia dan menekankan pada distribusi ke lingkungan, dibandingkan ke personal. Dalam lingkungan ini, teknologi akan menjadi background dan saksi mata lahirnya generasi baru di dunia, termasuklah dunia.
Berdasarkan penjabaran diatas, sudah jelas terlihat bahwa e-learning akan jauh lebih berkembang ketika ubiquitous computing diterapkan kedalam proses pembelajaran. Efisiensi pembelajaran pun akan lebih terlihat. Misalnya saja, setiap peserta didik sudah memiliki Personal Computer (PC). Sudah pasti hambatan pada e-learning akan diminimalisir walaupun tidak hilang 100%. Karena mungkin saja bisa terganggu oleh gangguan teknis seperti gangguan sinyal internet.
Namun terlepas dari gangguan tersebut, proses pembelajaran akan lebih terarah, baik dari pengajar maupun peserta didik. Karena peserta didik akan lebih mudah dalam pelaksanaannya terhadap tugas yang diberikan, dan pengajar pun tidak terlalu repot harus menulis di papan tulis. Cukup unggah di blog atau email, maka peserta didik sudah bisa mendapat materi dan bahan pembelajaran. Begitu juga dengan pengerjaannya, peserta didik dapat membuat tugas dimanapun dan kapanpun, dan tidak harus repot pergi ke warung internet (warnet), karena sudah memilik PC.
Meskipun demikian, saat ini perlakuan ubiquitous computing belum dapat dilaksanakan sepenuhnya. Pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama membuka lebih lebar cakrawala berpikir, agar suatu bangsa lebih maju dan mampu bersaing di dunia, sehingga kesenian yang dihasilkan melalui penggabungan teknologi dan pendidikan ini dapat diwujudkan.
Tidak ada salahnya suatu kesenian itu diperkenalkan, karena kesenian itu adalah sesuatu yang indah. Dan keindahan itu tidak hanya terlihat dari lukisan dan pemandangan, namun juga dapat berupa peningkatan dalam sistem pembelajaran. Bukankah suatu keindahan itu berhak untuk dinikmati…??.
Maka nikmatilah proses pembelajaran di dalam diri, senikmat memandang suatu karya seni yang indah.
Referensi :
Santrock, John W. 2008, Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua.
Munir, M.IT. 2008, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Sabtu, 13 Februari 2010
Selasa, 09 Februari 2010
”Bersikaplah seolah kita yang mengalaminya...; tugas 1”
Seperti yang telah kita ketahui, setiap individu pastilah memiliki karakteristik dan pemikiran mereka masing-masing. Suatu kebahagiaan tersendiri bagi setiap individu, ketika kedua hal itu dapat diterima dan dihargai oleh orang lain. Dalam hal ini, pembahasan akan lebih difokuskan kepada perkembangan diri peserta didik.
Menurut dramawan Italia abad ke-20, Ugo Betti, saat anak mengatakan ”Aku”, maka yang mereka maksudkan adalah sesuatu yang unik, tidak bercampur dengan yang lain. Psikologi sering menyebut ”aku” ini sebagai ”diri” (self). Ada dua aspek penting dari ”diri” ini, yaitu harga diri (self-esteem) dan identitas diri.
1. Harga Diri (self-esteem)
Harga diri (self-esteem) adalah pandangan keseluruhan diri individu tentang dirinya sendiri. Penghargaan diri juga terkadang dinamakan martabat diri (self-worth) atau gambaran diri (self-image). Menurut Carl Rogers (1961), sebab utama seseorang punya penghargaan diri yang rendah (rendah diri) adalah karena mereka tidak diberi dukungan emosional dan penerimaan sosial yang memadai.
2. Identitas
Erik Erikson (1968) percaya bahwa persoalan paling penting dalam diri remaja adalah perkembangan identitas, yaitu pencarian ”Siapa aku?”, ”Apa yang akan aku lakukan dalam hidup ini?”. Periset Kanada James Marcia (1980, 1998) menganalisa konsep Erikson dan menyimpulkan bahwa adalah penting untuk membedakan antara eksplorasi (pencarian identitas alternatif yang bermakna) dan komitmen (menunjukkan penerimaan personal pada satu identitas dan menerima apa pun implikasi dari identitas itu.
Tidak jarang dijumpai perilaku-perilaku yang tidak mencerminkan diri seorang pendidik. Seperti disaat sekolah dulu, sering terdengar ucapan ”masa gitu aj ga ngerti!, bodoh kali pun kau!!”,bahkan pernah terdengar di telinga saya, ”dimana otakmu??!!!”. Suatu cerminan yang sangat disayangkan, karena perilaku itu muncul dikalangan orang yang berpendidikan . hal-hal seperti ini dapat mempengaruhi pribadi seorang individu, terutama dimasa yang akan datang. Seperti yang telah diterangkan diatas, sebuah teori tetaplah teori yang tidak dapat sepenuhnya dilaksanakan 100 %. Meskipun demikian, tidak bisa dilakukan 100 % juga bukan berarti tidak bisa dilaksanakan bukan??
Suatu karakteristik pada diri individu, dapat digunakan bagi orang lain khususnya para pengajar, untuk menentukan gaya belajar individu tersebut. Gaya belajar ada 4, yaitu : gaya belajar visual (dominan memanfaatkan indera ”mata”), gaya belajar auditori (dominan memanfaatkan indera ”telinga”), gaya belajar kinestetik (dominan dengan gerakan dan praktek), dan gaya belajar taktual (dominan belajar melalui sentuhan, yaitu indera ”kulit”). Kemudahan-kemudahan yang diberikan kepada para pendidik bukan hanya kemudahan dalam memahami pelajaran, akan tetapi juga kemudahan dalam mengenal pribadi para peserta didik, agar mampu menemukan gaya belajar yang cocok bagi mereka. Dengan demikian, kedua belah pihak akan saling diuntungkan, dan lebih memaksimalkan rasa kepedulian satu sama lain.
Komunikasi di dalam suatu proses pembelajaran juga sangat penting. Harus ada relasi antara pengajar dan peserta didik, sehingga akan muncul kepedulian dan pengertian diantara kedua belah pihak. Fungsi Pengajar dalam komunikasi terutama dalam proses pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai komunikator, tetapi juga sebagai fasilitator dan motivator yang memberi dorongan semangat para peserta didik.
Sebuah fenomena yang menyakitkan bagi diri individu ketika pilihannya seolah dicemooh oleh orang lain. Demikian halnya bagi diri saya. Ada beberapa kejadian yang mungkin bisa membuktikan fenomena ini. Beberapa teman saya menanyakan dijurusan apa saya sekarang. Dan ketika saya jawab masuk di psikologi, kemudian ada yang menjawab dengan tawanya, ”Psikologi??!! Ini lah ambil! Seratus ribu,, psikologi kan cuma modal kertas aj kan!! Hahahah...”. Dan hal yang lebih menyakitkan adalah, ketika perkataan itu terlontar dari diri seorang pendidik. Seseorang berkata, ”mau jadi psikolog??? Halah... paling-paling jadi guru BP nanti, lagian mana cocok ma kamu...”.. Spontan perkataan-perkataan ini terngiang dalam benak saya. Benarkah sedangkal itu pemikiran mereka?? Bukankah hal itu adalah hal yang ”sakral” untuk dilakukan??
Mungkin perkataan itu hanya sebuah gurauan bagi mereka. Namun, bagi saya, perkataan itu adalah suatu simbol bagi diri mereka. Hal ini mengurangi kepercayaan saya terhadap mereka, terutama pada pengajar tersebut. Seolah perkataan-perkataan itu mengatakan dengan sangat tegas bahwa saya tidak pantas menjadi psikolog. Disaat itu, saya merasa gagal dalam memilih pilihan yang tepat untuk masa depan saya.
Jadi, bersikaplah seolah kita yang mengalaminya. Tidak perduli anda berdiri sebagai apa dan siapa, namun ketika anda memposisikan diri anda sebaik-baiknya, disaat itulah anda menjadi diri anda yang sesungguhnya.
Referensi
§ Santrock, 2008. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Kencana
§ Munir,2008. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bandung : Alfabeta
Minggu, 07 Februari 2010
Tugas Diskusi Kelompok 1
Menurut kelompok kami, suatu kemajuan besar yang dapat dicapai dari kewajiban yang secara tersurat diberikan kepada para mahasiswa pada tahun ajaran 2009/2010. Karena apa? Di dalam kewajiban tersebut terletak unsur yang lebih maju dan nilai pendidikan yang lebih tinggi. Karena, selain meningkatkan pengetahuan di bidang psikologi pendidikan, di lain pihak, kita juga meningkatkan pengetahuan di bidang ICT (Information, Comunication and Technology).
Selain itu, secara garis besar, para mahasiswa belajar untuk lebih menghargai alam, karena sudah pasti dengan adanya kewajiban ini, pengurangan penumpukan kertas akan lebih menurun. Bukankah hal ini bisa dijadikan sebagai pembekalan awal untuk meraih prestasi yang lebih besar?
Kewajiban ini juga bisa dilihat dari efisiensi kerja, termasuk efisiensi waktu. Tugas juga bisa dikerjakan lebih ringan, karena bisa dikerjakan kapanpun kita inginkan, misalnya, bisa dikerjakan disela-sela makan siang. Selain itu, metode pengajaran tidak harus selalu tatap muka, karena dengan tidak harus tatap muka, mahasiswa juga bisa mendapat informasi mengenai pembelajaran. Suatu pembelajaran akan lebih menarik dan mengesankan, ketika pembelajaran itu juga mengikuti perkembangan zaman, sehingga tidak tertinggal dengan pembelajaran dari negara lain.
Kewajiban ini memberikan pengetahuan baru, berupa penggunaan blog dan email. Secara tidak langsung, mata kuliah ini memaksa mahasiswa-nya untuk bergerak di bidang teknologi. Dengan adanya blog, para mahasiswa mampu terinspirasi dari berbagai hal, dan bisa mendapatkan pembelajaran melalui berbagai sumber, tidak hanya tergantung dari waktu pertemuan di kampus. Para mahasiswa diarahkan untuk mampu mencari ilmu dengan kemampuannya sendiri, tidak hanya didapatkan dari sang dosen. Yaitu dengan cara browsing di internet. Selain itu, blog mampu menjadi wadah publikasi kreatifitas mahasiswa, karena lewat blog itu para mahasiswa tidak hanya menjadi peserta didik saja tetapi juga menjadi sumber info bagi orang lain yang melihat isi blog tersebut dan hal ini juga bisa menginspirasi orang lain. Bisa jadi ini juga menjadi sumber inspirasi bagi dosen-dosen mata kuliah atau fakultas lain untuk menerapkan sistem perkuliahan seperti ini.
Selain blog memberikan manfaat bagi seseorang, blog juga memberikan dampak negatif bagi orang yang mengggunakannya. Adapun dampak negatif itu misalnya seperti menjadikan blog itu sebagai media untuk menjatuhkan seseorang ataupun mengkritik seseorang. Dengan adanya blog, seseorang dapat membuat posting yang isinya dapat menjatuhkan orang lain. Hal inilah yang merupakan salah satu dampak negatif dari nge-blog, karena tidak seorang pun bisa menjamin seseorang untuk selalu mem-posting hal-hal yang positif. Namun demikian, hal ini kembali kepada diri setiap individu. Tetapi kami yakin, mahasiswa psikologi tidak akan melakukan hal yang negatif seperti itu.
Selain itu, ada pula hal negatif lainnya dari blog, salah satunya adalah kita lupa waktu karena asyik dengan blog. Bisa saja karena keasyikan internetan, membuat lupa dengan tujuan awal. Yang awalnya, hanya berniat untuk membuat tugas namun bisa beralih menjadi hal yang lain, seperti ”mumpung lagi gak ada ide, buka facebook dulu ahh..” atau ”aduh, mumpung lagi ingat download lagu bentar ahh, kan cuma sebentar.”
Selain itu, hal ini juga sulit bagi mereka yang kurang mampu, karena tidak semua mahasiswa memiliki komputer pribadi. Mereka harus berulang kali ke warnet, apalagi jika ada tugas mendadak. Jadi, bagi mereka yang tidak mempunyai komputer pribadi tidak bisa memaksimalkan kewajibannya karena terikat dengan waktu.
Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa suatu pengambilan kebijakan khususnya dalam pengambilan metode dalam pembelajaran, ada dampak positif dan negatifnya. Para mahasiswa harus mampu memilah kewajiban mereka agar tidak terjerat dalam hal yang ’berlebih-lebihan’. Karena ketika seseorang itu terikat di dalam suatu hal yang berlebihan ataupun kekurangan, akan mengubah kestabilan para mahasiswa dalam memanage waktu.
Dengan demikian, suatu kebijakan akan berjalan mulus jika setiap pihak di dalamnya bergerak sesuai sistem yang berlaku, jangan terlalu berlebihan, ataupun kurang. Karena, ketika individu itu memberlakukan hal positif dalam kebijakan tersebut, maka kebikan itu bisa menjadi media yang sangat bermanfaat bagi orang lain dan diri individu itu sendiri. Tergantung dari penggunaan individu itu sendiri, apakah secara berlebih-lebihan atau sewajarnya.
Sabtu, 30 Januari 2010
Permulaan
namun, banyak orang yang hanya terpaku untuk melaksanakan hal yang besar, tanpa melihat kemungkinan keberhasilannya... tidak semua orang merasa diagungkan ketika ia membuat sesuatu yang besar, namun, ia merasa dihargai ketika hal kecil itu mampu menjadikannya besar...
sejujurnya.. saya juga berada pada tahap pemula... memulai hal baru, memulai mengidentifikasi diri, memulai menerima diri secara keseluruhan, dan memulai mencoba membahagiakan orang lain... mencari sesuatu yang baru itu tidak sulit... tapi menjadikan diri menerima hal yang baru itu, yang sulit...
namun apa salahnya mencoba... gagal itu kan hanya keberhasilan yang tertunda...
seperti kata Mario Teguh... "kita semua Supeeerrrr"... walaupun sesungguhnya saya masih ragu mengetahui letak kesuperan saya di bagian mana... ^^
yah... meskipun masih kocar kacir... paling tidak saya berani mencoba membuat sebuah postingan pertama yang panjang di blog ini... ahhha
tinggal andalah yang memberanikan diri untuk mencoba dan menerima hal baru lainnya...
GANBATTE!!! ^^